Sunday, September 27, 2020

Kerajaan-Kerajaan Maritim pada Masa Islam di Pulau Sumatera

 

Pada abad ke-7 Masehi Islam sudah masuk di pesisir utara pulau Sumatera. Akan tetapi, Islam baru berkembang pesat pada abad ke XIII Masehi. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh golongan sufi melalui jalur perdagangan. Posisi strategis Indonesia memudahkan Islam menyebar cukup cepat melalui bandar-bandar perdagangan melalui pesisir Sumatera, Jawa, Sulawesi, hingga Maluku. Oleh karena itu, sebagian besar kerajaan Islam merupakan kerajaan maritime.

Penyebaran agama Islam di Indonesia memiliki pola yang hamper sama yang berperan agama Hindu-Buddha di Indonesia, yaitu melalui jalur perdagangan. Penyebaran Islam di Indonesia masih menjadi perdebatan para ahli sampai saat ini. Beberapa teori mengenai proses kedatangan Islam di Indonesia adalah:

1)    Teori Gujarat menjelaskan bahwa Islam di Indonesia berasal dari kota-kota di anak Benua India seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Teori ini didasarkan pada sebuah bukti yang menunjukkan Islam lebih  dulu berkembang ddi kota-kota tersebut. Pendukung teori ini adalah Snock Hurgronje, J.Pijnapel, W.F Stutterheim, dan Sucipto Wirjosuprapto.

2)    Teori Persia menjelaskan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia (Iran). Pencetus teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat dan Oemar Amir Husein.

3)    Teori Mekkah menjelas bahwa Islam di Indonesia berasal langsung dari Mekah dan Madinah (Arab). Pendukung teori ini adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Ahmad Mansyur Suryanegara, A.H Johns dan T.W Arnold.

4)    Teori Cina menjelaskan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Cina. Teori ini dicetuskan oleh Sumanto Al Qurtubi.

Berikut adalah pembahasan mengenai kerajaan-kerajaan maritime pada masa Islam di Indonesia.

A.   Kerajaan Perlak

1.    Lokasi kerajaan

Kerajaan Perlak diperkirakan terletak di Kecamatan Pereulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Secara georgrafis, wilayah Perlak langsung berhadapan dengan selat Malaka. Kondisi tersebut mendukung Kerajaan Perlak berkembang menjadi kerajaan maritime. Pelabuhan Perlak banyak disinggahi banyak kapal dagang dari Arabm Gujarat, dan Persia. Menurut berita Marco Polo, pada abad XIII Masehi, di wilayah Sumatera bagian Utara telah berdiri kerajaan Perlak. 

Gambar 1 : Peta lokasi Kerajaan Perlak
Sumber: id.wikipedia.org

2.    Kehidupan Politik dan Pemerintahan

Kerajaan Perlak didirikan oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah pada tahun 840 Masehi. Ia merupakan sultan yang menganut aliran Syiah. Aliran Syiah masuk ke Indonesia melalui para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia. Pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Suni mulai masuk di Kerajaan Perlak. Setelah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah wafat pada tahun 913 Masehi, Kerajaan Perlak mengalami pergolakan antara kaum Syiah dan Suni. Pergolakan ini dimenangkan oleh kaum Suni sehingga sultan-sultan berikutnya beraliran Suni.

Pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230 – 1267), Kerajaan Perlak melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan putrinya yang bernama Putri Ganggang Sari dengan Raja Samudera Pasai, Sultan Malik al-Saleh. Adapun sultan terakhir Kerajaan Perlak adalah Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-1292). Sepeninggal Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat, kerajaan Perlak bersatu dengan kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Malik az-Zahir, putera Sultan Malik as-Saleh.

3.    Kehidupan Sosial

Banyaknya pedagang asing yang singgah di Perlak menyebabkan terjadinya interaksi antara pedagang asing dan masyarakat Perlak. Interaksi tersebut memudahkan ajaran Islam berkembang pesat di Perlak. Kerajaan Perlak menjadi pusat Islamisasi di Sumatera Utara. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Perlak telah menerapkan dan melaksanakan hokum Islam.

4.    Kehidupan Ekonomi

Perekonomian kerajaan Perlak bertumpu pada perdagangan. Masyarakat Perlak berdagang dengan bangsa Arab, Persia dan India. Komoditas yang diperdagangkan oleh masyarakat Perlak sebagian besar berupa hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan. Komoditas pertanian dan perkebunan antaralain padi, kelapa, dan palawija. Sedangkan dari kehutanan berupa kayu yang berkualitas yang digunakan untuk membuat kapal dan bangunan.

5.    Kehidupan Budaya

Sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, kemajuan budaya Kerajaan Perlak ditandai dengan munculnya karya sastra bercorak Islam. Contoh karya sastra yang dihasilkan Kerajaan Perlak adalah kitab Idharul Haq fi  Mamlakatil Peureulak karya Abu Ishak Al-Makarani Sulaiman Al-Pasy

 

B.   Kerajaan Samudera Pasai

Gambar 2 : Peta Kerajaan Samudera Pasai
Sumber: kompas.com

1.    Kehidupan pemerintahan

Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Marah Silu yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Ia memerintah Samudera Pasai pada 1285-1297. Pada pemerintahan Sultan Malik Al-Saleh, Samudera Pasai berkembang menjadi kerajaan maritime yang kuat di Selat Malaka. Sultan Malik Al-Saleh menjalin hubungan diplomatic dengan kerajaan Perlak. Ia juga menikahi putri Raja Perlak yang bernama Putri Ganggang Sari. Setelah Sultan Malik Al-Saleh wafat, kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Sultan Malik Al-Zahir. Setelah Sultan Malik Al-Zahir wafat, kepemimpinan dipegang oleh Sultan Mahmud Malik az-Zahir.

Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Mlaik az-Zahir, Samudera Pasai mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit. Akibat serangan itu, Sultan Mahmud Malik az-Zahir terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan. Untuk beberapa waktu Samudera Pasai dikuasai oleh Majapahit. Pada masa Sultan Zain Abidin Malik az-Zahir, kerajaan Samudera Pasai berhasil melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Majapahit.

2.    Kehidupan Sosial

Pada tahun 1290-1520 Masehi, Samudera Pasai menjadi kota dagang teramai dan terpenting di Selat Malaka. Pada masa ini banyak pedagang asing yang singgah dan menetap di Samudera Pasai. Masyarakat Pasai merupakan pemeluk Islam bermazhab Syafi’i.

3.    Kehidupan Ekonomi

Sebagai kerajaan yang terletak di Selat Malaka, Samudera Pasai memfokuskan perekonomiannya pada kegiatan perdagangan. Kondisi ini menyebabkan banyak pedagang asing dari Jawa, India, Timur Tengah, dan Cina singgah di pelabuhan Pasai. Komoditas perdagangan Samudera Pasai adalah lada, kapur barus dan emas.

Untuk memperlancar aktivitas perdagangan, kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang dinamakan deureuham (dirham) sebagai alat tukar atau alat pembayaran resmi. Mata uang ini terbuat dari 70% emas murni dengan berat 0,60 gram, berdiameter 10 mm dan mutu 17 karat.

4.    Kehidupan Budaya

Kebudayaan yang dihasilkan masyarakat Samudera Pasai mendapat pengaruh Islam. Fakta tersebut dapat dilihat dari nisan-nisan makam Raja samudera Pasai yang dihiasi syair-syair Islam. Salah satunya adalah nisan makam Sultan Malik Al-Saleh yang menjadi sumber sejarah yang mengungkap perkembangan Islam di Sumatera bagian utara. Pengaruh syair pada nisan tersebut begitu kuat sehingga syair yang sama diukir pada nisan Sultan Mansyur Syah dari Malaka yang meninggal tahun 1477. Syair tersebut juga terukir pada nisan Sultan Abdul Jamil dari Pahang yang meninggal tahun 1512 M.

C.   Kerajaan Aceh Darussalam

Gambar 3: Peta Kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam

Sumber: sejarahlengkap.com

1.    Kehidupan Pemerintahan

Berikut ini raja-raja yang pernah memerintah pada kerajaan Aceh Darussalam

a)    Sultan Mughayat Syah (raja Pertama). Berdasarkan berita Portugis, Sultan Mughayat Syah berhasil melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Pidie. Sultan Mughayat Syah berhasil menguasai kerajaan Daya, Pidie, dan Samudera Pasai.

b)    Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar. Pada masa Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar berhasil menjalin hubungan internasional dengan kerajaan Islam di wilayah Timur Tengah seperti Turki, Abessinia(Ethiopia) dan Mesir. Mengembangkan angkatan perang dan perdagangan. Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar menempatkan suami saudara perempuannya du Barus sebagai Sultan Barus. Selain itu, dua putra Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar diangkat menjadi Sultan Aru dan Sultan Pariaman dengan gelar resmi Sultan Ghori dan Sultan Mughal.

c)    Sultan Iskandar Muda. Kerajaan Aceh Darussalam mencaoai puncak kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu wilayah Semenanjung Malaya dan Sumatera bagian utara. Dengan angkatan laut yang kuat, Aceh Darussalam memegang hegemoni atas selat Malaka sehingga dapat mengendalikan perdagangan di Selat Malaka. Sultan Iskandar Muda gagal mengusir Portugis dari Aceh Darussalam.

d)    Sultan Iskandar Thani. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, kerajaan Aceh Darussalam mengalami kemunduran.  

2.    Kehidupan Sosial

Masyarakat Aceh hidup berdasarkan hokum Islam. Tatanan Masyarakat dibagi mejadi dua golongan, yaitu golongan bangsawan bergelar teuku dan golongan ulama bergela tengku. Pada masa Sultan Iskandar Muda, peraturan hokum masyarakat Aceh dicantumkan dalam adat Makeuta Alam atau Kanun Makeuta Alam.

3.    Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Aceh memfokuskan perekonomian pada sector perdagangan. Para petani Aceh membudidayakan tanaman lada sebagai komoditas utama dari Aceh. Pada abad ke-16-17 Aceh Darussalam merupakan salah satu negeri penghasil lada terbesar di Indonesia.

Pada masa Sultan Iskandar Muda tanaman lada diusahakan secara maksimal dan dikembangkan sebagai komoditas dagang utama. Agar harga lada di Aceh tetap tinggi, kebun-kebun lada di Kedah dibabat habis, sedangkan kebun lada di Aceh tetap dipelihara. Dengan cara ini, pedagang Barat hanya dapat membeli lada dari Aceh. System monopoli ini membawa Aceh meraih keuntungan besar.

4.    Kehidupan Budaya

Berkembangnya kebudayaan masyarakat Aceh ditandai dengan munculnya ulama terkenal yang ahli dalam bidang kesastraan. Para ulama tersebut antaralain Hamzah Fansuri yang menulis kitab Al Muhtadi, Syamsuddin as-Sumatrani menulis kitab Mi’raj al-Muhakikin al-Iman, Nurruddin ar-Raniri menulis kitab Sirat al-Mustaqim dan Bustanussalatin, serta Syekh Abdul Rauf Singkili yang menulis kitab Mi’raj al-Tullab fi Fashil. Aceh Darussalam juga mewariskan beberapa peninggalan sejarah berupa bangunan seperti benteng Indrapatra, masjid Indrapuri, masjid Baiturrahman, Pinto Khop, dan Gunongan.

Sumber:

  1. Magda Alfian, Dkk. 2007. Sejarah : Untuk SMA dan MA Kelas XI Program IPS. Jakarta. Esis
  2. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 1. (edisi Revisi). Jakarta
  3. Danik Isnaini, Sri Pujiani. 2020. PR Sejarah Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI semester 1. Yogyakarta. PT Intan Pariwara

No comments:

Post a Comment